Peninjauan Kembali Atas Pikiran


Malam ini adalah tanggal 24 Desember, malam Natal. Saya kira untuk orang Kristen malam ini merupakan salah satu malam suci. Kata mereka, malam ini Santa Klaus akan membagikan sejumlah hadiah kepada anak-anak baik (semacam pendidikan reward and punishment nya perusahaan-perusahaan tingkat multinasional). Tapi bagi saya, malam ini merupakan salah satu waktu yang bagus juga untuk merenungkan tujuan hidup. Entah kenapa akhir-akhir ini, pikiran saya selalu mendorongku untuk terus melakukan Peninjauan Kembali (seperti TPM meminta PK atas kasus Amrozi cs) atas tujuan-tujuan saya hidup.

Ada sebuah kisah pada abad ketujuh, seorang raja Anglo-Saxon bernama Edwin didatangi oleh utusan-utusan dari Roma yang membujuknya untuk memeluk agam kristen. Edwin kemudian meminta nasihat kepada salah satu orang kepercayaannya yang paling ia percaya, dan jawaban yang diterimanya barangkali akan dikenang.

Pada waktu itu malam musim dingin, hujan angin Northumbrian yang amat dingin bertiup di luar aula batu dimana raja dan pengawal-pengawal istana menghangatkan diri di sekeliling perapian. "Tuanku", penasihat Raja Edwin menyahut, "seringkali saya merasa kehidupan di dunia ini seperti perjalanan seekor burung layang-layang yang melesat dari kegelapan menuju ke dalam hangatnya aula jamuan makan kita di sini, berputar-putar sesaat, lalu melesat kembali keluar jendela menuju malam musim dingin. Kita tidak tahu apa-apa tentang dari mana asalnya burung itu atau kemana dia pergi. Kita hanya melihat sekejap penerbangannya diterangi oleh kerlip-kerlip nyala perapian ini."

"Hidup saya juga seperti ini. Saya tidak tahu dari mana saya datang, mengapa saya di sini, atau kemana saya akan berada setelah saya mati. Jika agama barumu bisa menjelaskan kegelapan yang terbentang sejak kelahiran sampai kematian ini, itulah jalan yang tampaknya paling layak aku ikuti."

Dalam semua agama, di semua negara, orang-orang lebih digelisahkan oleh pertanyaan-pertanyaan ini ketimbang oleh hal-hal lainnya. Apa tujuan hidup saya di dunia ini? Saya akan kemana? Apa yang menunggu saya setelah mati? Tanpa adanya jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini, kehidupan jadi tak ada artinya. Boleh saja kita mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya, namun pada saat-saat kematian kekayaan tidak akan menyinari kegelapan itu.

Dengan kematian menunggu kita, hasrat begitu menggebu menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut apa pun yang terjadi. Namun ketika saya memandang ke sekeliling, terkadang saya berpikir bahwa sebagian diantara kita menyibukkan diri sepanjang waktu semata-mata karena kita tidak ingin mendengar pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Itu adalah salah satu Kasih Tuhan yang menunjukkan bahwa entah kita memikirkannya atau tidak, Dia akan menemukan cara untuk terus-menerus menanyakannya kepada kita sampai akhirnya kita mau mendengarnya. banyak tragedi dan kemalangan dalam hidup ini adalah surat kilat khusus yang dikirim langsung dari Tuhan kepada kita, yang mengingatkan kita bahwa kegiatan-kegiatan lainnya akan memberi sangat sedikit kepuasan sampai kita tahu mengapa kita berada di dunia ini.

2 komentar:

aku... mengatakan...

ao mas..

thx yaw vo ur coment..
so, sendiri tu ga buruk2 amat kan? *sigh*

Ipmawan Bachtiar mengatakan...

yoa..

dlm kesendirian aku jadi banyak berpikir..

dengan berpikir kita bisa melihat dunia dari sisi yang lain..

"Think out of the box", kata para enterpreuner

Comersial Box