Sekitar Gunung Semeru


Gunung Semeru yang memiliki puncak bernama Mahameru adalah gunung tertinggi di Jawa. Saya kira tak ada seorang pendaki pun di Jawa yang tak mengenal gunung ini. Gunung Semeru masuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Taman Nasional ini terdiri dari pegunungan dan lembah seluas 50.273,3 Hektar.

Flora yang berada di Wilayah Gunung Semeru beraneka ragam jenisnya tetapi banyak didominir oleh pohon cemara, akasia, pinus, dan jenis Jamuju. Sedangkan untuk tumbuhan bawah didominir oleh Kirinyuh, alang-alang, tembelekan, harendong dan Edelwiss putih, Edelwiss yang banyak terdapat di lereng-lereng menuju Puncak Semeru. Dan juga ditemukan beberapa jenis anggrek endernik yang hidup di sekitar Semeru Selatan. Banyak fauna yang menghuni gunung Semeru antara lain : Macan Kumbang, Budeng, Luwak, Kijang, Kancil, dll. Sedangkan di Ranu Kumbolo terdapat Belibis yang masih hidup liar.

Untuk mendaki gunung ini diperlukan waktu sekitar empat hari pulang-pergi yang bisa ditempuh melalui kota Malang atau Lumajang. Jika dari terminal kota Malang, naik angkutan umum menuju Desa Tumpang yang disambung lagi dengan Jeep atau truk sayuran yang banyak terdapat di belakang pasar Tumpang. Biaya Jeep ini sekitar Rp. 20.000,- per orang untuk sampai ke Pos Ranu Pani.

Sebelum berangkat ke Ranu Pani, pendaki harus mampir ke Gubugklakah untuk memperoleh surat izin. Biaya surat izin Rp. 6.000,- untuk maksimal 10 orang. Karcis masuk taman Rp. 2.000,- per orang. Selain itu juga ada asuransi Rp. 2.000,- per orang.

Di Ranu Pani, yang merupakan desa terakhir di kaki Semeru, terdapat pos pemeriksaan dan pondok penginapan. Bagi pendaki yang membawa tenda dikenakan biaya Rp. 20.000,- per tenda, dan Rp. 5.000,- per kamera, jika membawa kamera. Bagi pendaki yang menginginkan jasa porter di sinilah tempat mencarinya. Para Porter adalah warga lokal yang membantu pendaki untuk mengangkat logistik pendakian, memasak dan membantu menunjukkan arah pendakian. Di sini juga terdapat dua buah danau, yaitu Danau Ranu Pani (1 ha) dan Danau Ranu Regulo (0,75 ha) yang terletak pada ketinggian 2.200 mdpl.

Dari gerbang "selamat datang", ikuti jalan yang ke kiri ke arah bukit, jangan mengikuti jalanan yang lebar ke arah kebun penduduk. Jalur awal pendakian cukup landai, menyusuri lereng bukit yang didominasi dengan tumbuhan ilalang, banyak pohon tumbang, dan ranting-ranting di atas kepala. Tak ada petunjuk arah jalan, tetapi terdapat tanda ukuran jarak setiap 100m.

Setelah berjalan sekitar 5 km, jalur menyusuri lereng bukit yang banyak ditumbuhi tanaman Edelweis sampai di Watu Rejeng. Di sini terdapat batu terjal yang sangat indah. Jika mengalihkan pandangan ke arah lembah dan bukit-bukit, yang ditumbuhi hutan cemara dan pinus kadang kala kita dapat menyaksikan kepulan asap dari puncak Semeru. Dari Watu Rejeng kita harus berjalan 4,5 km agar sampai di Ranu Kumbolo.

Di Ranu Kumbolo kita dapat mendirikan tenda. Di sini juga terdapat Shelter. Ranu Kumbolo terkenal dengan danaunya yang pemandangannya sangat indah di pagi hari, dan airnya yang masih jernih yang juga banyak terdapat ikan dan beberapa burung belibis liar. Jika beruntung, Kita dapat menyaksikan matahari terbit di sela-sela bukit di sisi jauh danau. Danau Ranu Kumbolo berada pada ketinggian 2.400m dengan luas 14 Ha.

Pendaki sebaiknya mengisi penuh tempat air di Ranu Kumbolo karena setelah ini jalur pendakian adalah mendaki bukit terjal. Di depan bukit terbentang padang rumput yang luas yang dinamakan Oro-oro Ombo. Padang rumput ini cukup luas dengan lereng yang ditumbuhi pohon pinus seperti di Eropa. Selanjutnya jalur pendakian memasuki hutan Cemara dimana kadang dijumpai beberapa Burung dan Kijang. Daerah ini dinamakan Cemoro Kandang.

Selanjutnya pendaki akan sampai di Pos Kalimati pada ketinggian 2.700m. Di sini dapat didirikan tenda untuk beristirahat. Pos ini berupa padang rumput luas di tepi hutan cemara, sehingga banyak tersedia ranting untuk membuat api unggun. Jika pendaki kehabisan air, maka bisa mencarinya ke arah barat (kanan) menyusuri pinggiran hutan Kalimati selama 1 jam perjalanan pulang-pergi.

Dari Kalimati, pendaki akan menuju ke Arcopodo yang berjarak 1 jam dari Kalimati melewati hutan cemara yang curam dengan tanah yang mudah longsor dan berdebu. Arcopodo mempunyai ketinggian sekitar 2.900 mdpl dan merupakan wilayah vegetasi terakhir di Gunung Semeru, selebihnya akan melewati bukit pasir. Para pendaki disarankan menggunakan penutup hidung dan kacamata untuk menghindari debu yang beterbangan.

Dari Arcopodo menuju puncak Semeru diperlukan waktu 3-4 jam, melewati bukit pasir yang sangat curam dan mudah merosot. Sebagai panduan perjalanan, di jalur ini juga terdapat beberapa bendera segitiga kecil berwarna merah. Semua barang bawaan sebaiknya ditinggal di Arcopodo atau di Kalimati. Pendakian menuju puncak dilakukan pagi-pagi sekali sekitar pukul 02.00 pagi dari Arcopodo.

Siang hari angin cenderung ke arah utara menuju puncak membawa gas beracun dari Kawah Jonggring Saloka. Oleh karena itu, hindari datang siang hari ke puncak karena gas beracun dan letusan menuju ke puncak. Letusan berupa asap putih, kelabu sampai hitam dengan tinggi letusan 300-800 meter. Materi yang keluar pada setiap letusan berupa abu, pasir, kerikil, bahkan batu-batu panas menyala yang sangat berbahaya. Pendakian sebaiknya dilakukan pada musim kemarau yaitu bulan Juni, Juli, Agustus, dan September. Sebaiknya tidak mendaki pada musim hujan karena sering terjadi badai dan tanah longsor.

Di puncak Gunung Semeru (Puncak Mahameru) pendaki disarankan untuk tidak menuju kawah Jonggring Saloko, juga dilarang mendaki dari sisi sebelah selatan, karena adanya gas beracun dan aliran lahar. Suhu dipuncak Mahameru berkisar 4 - 10 derajad Celsius, pada puncak musim kemarau minus 0 derajad Celsius, dan dijumpai kristal-kristal es. Cuaca sering berkabut terutama pada siang, sore dan malam hari. Angin bertiup kencang, pada bulan Desember - Januari sering ada badai.


Ipmawan Bachtiar

0 komentar:

Comersial Box