Akan Kudapatkan Apa yang Kumau

Pagi pun segera menjelang. Aku berusaha keras mengatur irama langkahku. Aku berusaha mengendalikan nafasku agar tidak terengah-engah. Aku berjalan dengan perlahan. Jalur bebatuan yang mudah longsor ini sangat menyulitkan langkahku. Apalagi dengan kemiringan yang hampir mencapai 80 derajat di beberapa bagian membuat tubuh kurusku terpeleset beberapa kali. Padahal setengah barang bawaan aku tinggal di camp. Aku hanya membawa daypack berisi makanan dan minuman secukupnya.
Semakin jauh aku melangkah, semakin memburu nafasku. Kadar Oksigen yang aku hirup semakin sedikit di ketinggian seperti ini. Sepertinya aku terlalu cepat melangkah sehingga membuat tubuhku tak sempat beradaptasi di ketinggian. Aku belum pernah naik puncak setinggi ini. Ini rekor baru bagiku. Aku harus menggapainya, aku harus sampai puncak.
Setiap sendi tulangku menginginkan untuk istirahat barang sejenak. Tubuhku berontak ingin lari turun, tapi aku tetap berkeras. “10 langkah lagi puncak”, kataku menyemangati tubuhku yang kian lemas. Tak kubiarkan tubuh ini berhenti melangkah, apalagi duduk beristirahat. “Sebelum sampai puncak, tak ada yang boleh berhenti!”, perintahku kepada seluruh organ-organ tubuhku. “Jika kubiarkan kau istirahat, kau tak akan bangun lagi.”, pekik hatiku kepada tubuhku yang lunglai.
Mataku fokus ke arah puncak. Sunrise pun telah berlalu, tapi aku belum sampai ke puncak. Kini sinarnya menerangi seluruh areal puncak. Mataku dilindungi google hitam dari silaunya sinar mentari. Slayer hitam bercorak naga, yang membungkus rambut kepalaku, kini mulai basah dengan keringat. Kepalaku pening, mungkin karena kadar Oksigen yang tipis. Aku terus memacu tubuhku sampai diluar batasnya. Aku mungkin tak akan sampai di sini jika tak memiliki keinginan yang kuat.
Setelah berjuang beberapa lama, akhirnya aku sampai di salah satu puncak dunia. Aku berdiri dan menghadap hamparan awan di depanku. Kedua tanganku aku angkat ke atas seperti hendak menyentuh sesuatu. Aku menyentuh atap dunia! Nafasku masih terengah-engah tapi pening di kepalaku berangsur menghilang diganti kebahagiaan luar biasa. Sejenak aku melihat hamparan awan putih itu. Di bawah awan-awan itu ada teman-temanku. Ada orang-orang yang dekat denganku, ada orang yang sangat aku cintai, bahkan ada orang-orang yang membenciku. Mereka tak tahu kalau sekarang aku berada di atas mereka. Aku menatap mereka, hanya saja awan menghalangi pandanganku. Aku ingin memberitahukannya kepada mereka. Aku pun berteriak-teriak tidak jelas. Aku merasakan sendi-sendi tulangku meregang melepas lelah.
Aku telah sampai di puncak. Aku berhasil menaklukan diriku sendiri. Aku berhasil dengan tujuanku.
Dengan ini aku belajar untuk tidak menyerah. Aku akan menaklukan diriku. Aku tak akan pernah menyerah untuk mencapai tujuanku.
Kali ini aku berhasil, dan esok pun aku akan berhasil pula. Aku akan mendapatkan cintaku.

0 komentar:

Comersial Box