Pernahkah kau membayangkan berada di tengah gurun sendirian tanpa air, tanpa peralatan. Atau kau berada di salah satu puncak pegunungan tiada akhir. Kekurangan makanan dan tak ada teman untuk berbicara. Tertegun melihat semua itu –antara keagungan dan kengeriannya-. Apakah yang akan kau lakukan? Sementara kau tak bisa melakukan apa-apa. Semuanya terlihat begitu agung! Sedangkan kau? Kau hanya seorang yang kecil. Yang tak bisa apa-apa. Mungkin kau tidak terlalu memikirkan itu. Tapi bagaimana kalau kau benar-benar ada di sana? Dengan tubuh yang terus melemas, mata berkunang-kunang, dan rasa takut menyelimuti dirimu. Kau seorang diri. Ya! Pasti, kau akan berteriak, Tuhan. Setidaknya kau mempunyai rasa optimis dengan Tuhanmu itu di tengah lautan pesimistis. Kepercayaan terhadap Tuhan bukanlah seperti candu opium yang mematikan seperti yang digembor-gemborkan marxisme. Tapi lebih merupakan motivator positif (walaupun keberadaan-Nya masih sebuah misteri). Misa di Gereja, upacara-upacara Ekaristi, maupun sholat jamaah di Masjid bukanlah sesuatu yang sia-sia. Itu akan memmbangun sebuah motivasi positif. Memberikan kenyamanan dalam hidup. Setiap orang yang berdoa pada Tuhannya setidaknya memiliki rasa optimis yang lebih besar dari pada yang tidak. Kepercayaan akan keabadian dirimu (baik dalam bentuk hidup di dunia maupun kehidupan di Surga) akan membuatmu selalu mencari kemakmuran yang abadi pula (Surga). Yaitu dengan mematuhi Tuhan. Untunglah Tuhan menyuruh kita berbuat baik, sehingga dunia ini menjadi sedikit lebih nyaman untuk ditinggali. Aku selalu percaya Tuhan ada. Bukan hanya di pikiranku. Tetapi lebih sebagai sesuatu bentuk yang nyata (Aku tidak peduli itu gaib atau kasat mata. Bagiku sama saja). Sebenarnya aku lebih takut kalau Dia memang benar-benar ada. Dan aku tak akan pernah lenyap untuk selamanya. Itu berarti aku akan diatur-Nya untuk selamanya. Dan aku takut karena telah mengatakan ini padamu.
About HVAC Careers, hvac certification & pneumatics
6 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar