Modernisasi, Pendidikan kembali ke masa purba

Pertama aku ucapkan ikut berduka cita kepada para korban gempa PADANG dan sekitarnya, juga kepada anggota DPR yang baru dilantik (yang katanya menghabiskan 46 miliar rupiah) aku juga ikut berbela sungkawa semoga ke depan KPK benar2 dibubarkan biar anda-anda aman tanpa takut masuk penjara. Untuk pacarku, Winda Puspita aku doakan cepat sembuh sakit perutnya. ;)
Di awal bulan Oktober ini, yang kemarin ditandai Batik s day, dan musibah di PADANG, aku nggak akan membuka postingan dengan tema yang berat-berat deh.. cukup Junk aja kayaknya. beberapa hari yang lalu aku yang sekarang dipercaya menjabat sebagai wakil ketua forkas (sebuah organisasi alumni) ini bersama sang ketua berkunjung ke sekolah tempat saya menghabiskan masa SMA dulu.
Ironisnya, saya datang kesana yang pertama sudah tentu untuk silaturakhmi, dan yang kedua saya datang dengan maksud jangka panjang menjalin kembali hubungan antara alumnus dengan sekolahan. Sebuah hal yang menurut saya ironis. Pihak sekolah yang seharusnya memelihara baik hubungan dengan para alumnus, malah berusaha melakukan "pemutusan hubungan". Tadinya saya gak begitu percaya tentang isu itu. Tapi setelah menggali lebih dalam, ternyata akar permasalahannya adalah sekolah bertaraf internasional.
Sejak dulu, dengan adanya ikatan alumnus, siswa-siswa yang baru lulus dapat sangat dibantu untuk mencari tempat perguruan tinggi yang sesuai cita-citanya, mulai dari mendaftar sampai cari tempat kos. bukan itu saja, bagi yang gak melanjutkan, dengan adanya ikatan alumnus, maka kesempatan kerja pun menjadi semakin luas karena tak sedikit alumnus yang sukses dalam dunia bisnis. Lalu apa alasannya sekolah ingin memutus hubungan baik ini?
Ternyata bukan itu! Ikatan alumnus, yang terhubung dengan jaring-jaring kegiatan ekstra kurikuler yang notabene nya memberikan siswa ilmu yang tak didapatnya di mata pelajaran sekolah, itulah yang ingin diputus pihak sekolah dengan alasan sekolah menuju bertaraf Internasional. Kegiatan ekstrakurikuler tIDAK PENTING, tak mendukung akademik siswa, ekstrakurikuler tak bisa membuat siswa paham matematika, biologi, dan fisika.
MENGERIKAN! hanya itu yang ada di benak saya jika semua kepala sekolah di Indonesia berpandangan seperti itu. Mau dibawa kemana masa depan generasi bangsa ini jika sistem pendidikannya masih menerapkan sistem PURBA? Bukankah sudah banyak penelitian2 yang membuktikan bahwa siswa tak hanya perlu paham matematika, biologi, fisika, dan kimia, tetapi juga memerlukan pendidikan moralitas, gotong royong dan kebersamaan. Untuk itulah ada yang namanya ekstrakurikuler.
Di satu sisi siswa diberikan materi pelajaran yang berkualitas, dan di sisi lain siswa melalui ekstrakurikuler mendapatkan apa yang namanya moralitas, kebersamaan dan gotong royong, yang tentunya akan mendukung perkembangan emotional nya. Jadi bukan hanya Intelektual nya saja.


Salam Hangat,
ipmawan@ymail.com
Phone: +62852 2757 8882





0 komentar:

Comersial Box