Kefektifan Insider Ownership dalam menekan Agency Cost

Perusahaan di era modern ini telah mengalami transformasi dari bentuk tradisional menjadi seperti sekarang ini. Hal ini terjadi karena pengaruh kemajuan teknologi dan keberadaan kompetitor yang semakin meramaikan pasar. Oleh karena itu, suasana persaingan bisnis antar perusahaan semakin ketat, inovasi dan teknologi menjadi tulang punggung perusahaan agar tetap survive. Persaingan ini menimbulkan permasalahan-permasalahan baru bagi perusahaan, sehingga muncul kebutuhan terhadap seorang professional untuk menangani keputusan-keputusan bisnis yang perlu diambil. Dari sinilah lalu muncul agency theory. Dalam teori ini dijelaskan bahwa pemilik perusahaan atau Owner menyerahkan hak pengelolaan perusahaannya kepada professional atau pihak manajemen.
Penyerahan pengelolaan ini selanjutnya menimbulkan beberapa permasalahan. Pemilik yang menanamkan dana selalu menginginkan dananya dikelola secara aman, sedangkan manajemen mengharapkan gaji dan bonus semaksimal mungkin atas keputusan-keputusan bisnis yang dilakukannya. Bahkan ada kecenderungan pihak manajemen tidak mengeluarkan biaya dengan optimal, hal ini dikarenakan manajemen cenderung berperilaku untuk kemakmuran dirinya seperti memanfaatkan fasilitas, dan lain sebagainya. Seperti yang diungkapkan Jansen & Meckling (1976) dalam Taswan, 2003, Teori agensi memisahkan atara decision making dengan Risk beating.
Untuk meminimalisir kemungkinan pihak manajemen membuat keputusan bisnis yang tidak sesuai dengan keinginan pemilik, maka timbul suatu biaya yang disebut sebagai Agency Cost. Jensen & Meckling (1976) menyebutkan bahwa agency cost ini terdiri dari tiga macam, biaya pengawasan (monitoring cost), bonding cost, dan residual cost. Biaya pengawasan dibebankan kepada pemilik, yang dirancang untuk meminimalkan tindakan menyimpang manajer. Bonding cost, dipikul oleh manajer agar tidak melakukan tindakan yang merugikan pemilik atau jika manajer terbukti merugikan pemilik, maka manajer akan membayar ganti rugi. Sedangkan Residual cost merupakan biaya kesempatan yang hilang akibat manajer tidak dapat segera mengambil keputusan tanpa otorisasi dari pemilik.
Untuk mengurangi biaya agensi ini, salah satunya dapat dilakukan dengan cara melibatkan pihak manajemen dalam kepemilikan perusahaan. Dengan keterlibatan manajemen dalam kepemilikan saham perusahaan, maka manajemen akan merasakan resiko yang ditanggung pemilik atas keputusan-keputusan bisnis yang diambilnya. Selain itu, seperti yang diungkapkan oleh Taswan (2003), keberadaan Insider Ownership juga akan meningkatkan nilai perusahaan. Ada anggapan bahwa dengankeberadaan insider, maka proyek-proyek yang dijalankan oleh perusahaan memiliki prospek yang cukup bagus.
Akan tetapi keberadaan Insider Ownership berpengaruh negative terhadap kebijakan hutang dan pembagian deviden. Insider akan berhati-hati dalam mengambil kebijakan hutang, namun masih ada faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap kebijakan hutang daripada insider, antara lain tingkat bunga dan keuntungan saham. Pembagian deviden akan berkurang seiring dengan berkurangnya agency cost karena keberadaan insider itu sendiri.



Salam Hangat,
ipmawan@ymail.com
Phone: +62852 2757 8882




Sumber:
Taswan, 2003, Analisis Pengaruh Insider Ownership, Kebijakan Hutang Dan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Serta Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jurnal Bisnis dan Ekonomi.

Soliha, Euis & Taswan., 2002, Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan Serta Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya, Jurnal Bisnis dan Ekonomi.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Good Mas, terus nulis ayo.....
Agung Praptapa

Comersial Box